Kala senja
datang menghampiri tubuh ini, tangan ini tak mampu menggapai sinar mentari
harapan. Keadaan ini yang membuatku senang menyendiri. Aku selalu merindukan
harapan-harapan indah itu berpihak padaku. Tapi aku merasa harapan-harapan itu
seakan jijik mendekat. Aku hampir frustasi dengan keadaan ini.
Kenalin,
namaku Masitoh. Aku dilahirkan sebagai anak yatim. Ayahku meninggal sejak aku
masih dalam kandungan. Ibuku adalah seorang wanita karier. Dia selalu sibuk
dengan pekerjaannya. Dia bekerja di salah satu perusahaan di London. Sejak aku
umur 2 tahun ibu gak pernah sekalipun menengokku. Untung saja ada nenekku yang
selalu menyayangiku. Sejek kecil aku dirawat oleh nenekku. Aku tinggal bersama
kakakku dan nenekku. Kakakku orangnya cantik dan baik. Paling enak diajak
curhat. Dia sekarang masih sebagai mahasiswi disalah satu universitas swasta di
Kediri. Dia mengambil jurusan biologi.
Dulu
aku sekolah disalah satu SMAN di Kediri dekat dengan tempat tinggalku. Dan
sekarang aku memutuskan untuk pindah di MAN 3 Kediri karena tuntutan dari
nenekku. Gak mudah bagiku adaptasi di sekolah tersebut. Yang sejak awal aku
sekolah di SMA, kali ini aku harus merasakan jadi anak Madrasah Aliyah.
Hari
ini hari pertamaku mesuk ke kelas yang baru. Ya, berhubung aku anak IPS, aku
bergabung dengan kelas XII-IPS 2. Kesan pertama masuk bingung harus gimana
adaptasinya. Mereka berbeda dengan teman-temanku di SMA dahulu. Apalagi
adaptasi dengan pelajaran agamanya. Hari pertama masuk harus menghadapi dua
pelajaran agama sekaligus yaitu Sejarah Kebudayaan Islam dan juga Al-Qur’an
Hadits. Saat pelajaran Al-Qur’an Hadits aku dan teman-teman mendapatkan tugas
hafalan dari pak guru.
“Anak-anak pertemuan yang akan
datang kalian hafalkan Hadits dibuku halaman 58.” Ungkap pak Awi seorang guru
Al-Qur’an Hadits yang paling menyenangkan bagi teman-temanku. Dan semua
serentak menjawab “Iya, pak.”
“Kenapa sih mereka semua harus
bilang iya? Padahal kan aku belum siap menghadapi itu semua. Dasar, menyebalkan
!! Kalo kayak gini terus bisa-bisa aku frustasi. Huuhh...” gumamku dalam hati.
“Tet,,
teett,, teeettt..!!!” bel tanda pulang pun berbunyi.
“Hei, jangan melamun mulu !!” suara gadis
mungil yang mengagetkan lamunanku.
“Huh, kaget tau.” jawabku dengan
kesal.
“Kenalin namaku Kiki. Nama kamu
siapa?” tanyanya.
“Namaku
Masitoh. Senang berkenalan denganmu.” jawabku.
Kiki, salah
satu sahabatku yang aku kenal pertama kali. Aku kenal sejak pertama masuk
dikelas XII-IPS 2. Dia anaknya mungil dan baik. Ya, asyiklah diajak temenan.
Beruntung aku punya sahabat-sahabat yang mengerti keadaanku. Mereka adalah
tonggak bahwa harapan-harapan indah itu mulai terbuka sedikit demi sedikit.
Nurul, Kiki, dan Hana merekalah sahabat-sahabatku. Nurul si gadis berkaca mata
ini anaknya rajin, sering mengajariku tentang pelajaran agama maupun yang
lainnya. Dia juga baik banget sama aku.
“Gimana hafalanmu ?” tanya Nurul.
“Ya, begitulah. Susah
hafalinnya.” jawabku sambil menyengitkan alis
“Yah, dibikin asyik ajalah,
lama-lama juga terbiasa kok.” jawabnya seakan memotivasiku.
“Iya, ini juga lagi usaha, doakan
ya rul.”
“Oke, Sip !”
Ya itulah dia, selalu memotivasiku saat kapan pun. Hana pun
juga begitu, dia juga baik. Sering membantuku dalam pelajaran agama.
Saat-saat yang membahagiakan bagiku adalah bisa berkumpul
dengan keluargaku walaupun tak seperti keluarga-keluarga lainnya. Sejenak aku
terpikirkan ibu yang telah lama meninggalkanku. Aku sangat merindukan
kehadirannya disampingku. Dalam keyakinanku, dia tidak pernah berniat untuk
meninggalkanku. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa kembali untuk
menemuiku. Terbayang dalam pikiranku, apa yang sedang ia lakukan sekarang ?
Apakah dia baik-baik saja ? Selama ini aku sangat merindukannya. Aku yakin hal
itu juga dirasakan oleh ibuku. Setiap hari aku selalu berdoa
“Ya Allah, Ampunilah dosa-dosaku
dan dosa kedua orang tuaku, kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku
diwaktu aku masih kecil. Ya Allah aku sangat merindukan mereka, berikanlah
tempat terbaik untuk ayahku. Berikanlah surga-Mu untuknya. Ya Allah lindungilah
ibuku, berilah selalu ia kesehatan, lancarkanlah segala urusannya dan
pertemukan aku dengannya Ya Allah. Aamiin..”
“Tok..
tok.. tok..” suara ketuk pintu yang mengagetkanku
“Siapa?”
tanyaku
“Ini
kakak. Keluarlah ! makan malamnya udah siap.” Sahutnya
“Iya
kak.”
Hari
demi hari telah aku lewati di sekolahku tercinta. Dan kini aku akan menghadapi
ujian semester ganjil. Ini adalah semester pertama dan terakhirku di sekolah
ini. Hari-hari yang aku lewati terasa begitu cepat. Di sekolah ini aku
benar-benar merasakan indahnya masa putih abu-abu. Masa yang belum pernah aku
rasakan di sekolahku sebelumnya yaitu saat di SMA Surabaya.
Hari
demi hari aku lewati penuh dengan soal. Setiap hari ada tugas dari sekolahan.
Dan setiap bulan, aku harus menghadapi try out. Dan dibulan ini aku harus
menghadapi ujian praktik yang membuatku sedikit takut. Tapi aku tetep harus
semangat menghadapinya. Karena ini merupakan salah satu langkah yang harus aku
tuju untuk mencapai kesuksesan.
Dan
kini Ujian Nasional pun telah tiba. Kini saatnya aku dan seluruh teman-temanku
berjuang dan semangat untuk mengerjakan soal-soal itu. Empat hari untuk
mengukur kemampuanku selama sekolah di jenjang SMA. Empat hari yang akan menentukan
keberhasilanku. Dan akhirnya semua telah selesai aku lalui dengan lancar. Dan
kini tinggal menunggu hasilnya.
Beberapa
hari kemudian ada seorang ibu berparas cantik datang kerumahku. Perlahan dia
menghampiriku dan memelukku sambil meneteskan air mata.
“Anakku ! kamu sekarang udah
dewasa nak, maafkan ibu yang telah lama meninggalkanmu. Aku sayang kamu nak.”
katanya sambil menangis tersedu-sedu.
“Ibu !!!” kataku seakan tak kuat
menahan air mata
Saat itu aku merasa dunia ini berpihak padaku. Aku sangat
bahagia mendengar itu. Kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Hampir
tidak percaya bahwa ibu itu adalah ibu kandungku sendiri. Hari ini gak akan
pernah aku lupakan dalam hidupku. Hari dimana aku bisa bertemu dengan seseorang yang amat aku cintai dalam hidup
ini yaitu ibu. Hari yang sangat aku tunggu-tunggu selama 16 tahun akhirnya
telah tiba. Dalam sujudku, tak henti-hentinya aku mengucapkan syukur atas apa
yang telah terjadi padaku hari ini. Sungguh Maha Besar Allah yang telah
memberikan nikmat yang begitu luar biasa bagiku.
Kini
hari-hariku aku lewati bersama ibu, kakak, dan juga nenek. Kebahagiaanku terasa
lengkap. Begitu pula kakakku. Minggu ini adalah hari yang paling membahagiakan
bagi kakakku. Menjelang pernikahannya, dia bisa bertemu dengan ibu.
Beberapa
hari kemudian hasil dari Ujian Nasional pun diumumkan. Jantungku berdetak
begitu kencang. Hari ini aku dan sahabat-sahabatku berangkat bersama dengan
penuh semangat dan penuh harap akan hasil yang baik dan memuaskan. Dan akhirnya
sampai dipenghujung. Aku dan sahabat-sahabatku melihat hasil tersebut. Dan
hasilnya pun jauh dari yang ku pikirkan. Aku mendapat nilai 10 di mata
pelajaran Sosiologi dan Bahasa Inggris. Sahabat-sahabatku pun juga banyak yang
mendapat nilai sempurna. Nurul mendapatkan nilai 10 di mata pelajaran
Matematika dan Ekonomi. Hanna di mata pelajaran Ekonomi dan Bahasa Indonesia. Sedangkan
Kiki di mata pelajaran Geografi dan Bahasa Inggris. Sungguh hari yang sangat
membahagiakan bagiku. Semua kebahagiaanku ini bukanlah semata-mata hasil kerja
kerasku sendiri. Semua ini karena Allah. Hanya Dia lah yang bisa memberikan
kebahagiaan bagi siapapun. Ibu, salah satu orang yang sangat berperan karena
setiap doanya adalah suatu kebutuhan bagiku. Karena doanya aku bisa seperti
ini. Sahabat-sahabatku, merekalah yang selalu memotivasiku untuk selalu
semangat. Tanpa mereka, aku tak akan bisa seperti ini. Kini aku telah berhasil merangkai pelangi harapan yang selama ini aku nanti-nanti.
1 komentar:
Posting Komentar